Kamis, 08 Maret 2018

Zaman Enak Orde Baru Ala Partai Tommy Soeharto, Masih Laku?




Tahun 2018 jadi momentum come back Tommy Soeharto ke dunia politik, lewat Partai Berkarya yang dinyatakan lolos ke Pemilu 2019.

Pria bernama asli Hutomo Mandala Putra itu menempati jabatan pucuk sebagai ketua majelis tinggi partai dan ketua dewan pembina.

Sejumlah nama purnawirawan jenderal juga ada dalam dalam daftar pimpinan, yakni Mayjen TNI (Purn) Muchdi PR sebagai Ketua Dewan Kehormatan, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dan Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal selaku Ketua Dewan Penasihat.

Belakangan juga terkuak, ada nama Pollycarpus Budihari Prijanto dalam daftar anggota Partai Berkarya. Mantan kasus terpidana pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir itu tercatat sebagai kader dari Tangerang.

Saat dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Badaruddin Andi Picunang membenarkan bergabungnya Pollycarpus. Ia mengatakan, partainya tidak takut keberadaan eks pilot Garuda Indonesia akan memengaruhi elektabilitas.

"Itu kan masa lalu. Kita tidak mempersoalkan latar belakang seseorang. Apalagi negara sudah membebaskannya," ujar Badaruddin kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (7/3/2018) malam.

Bukan hanya Pollycarpus, meski dinyatakan bebas dan tak terbukti secara hukum, nama Muchdi Purwoprandjono atau Muchdi Pr juga sempat dikaitkan dengan kematian Munir tahun 2004 lalu.

"Beliau salah satu pendiri partai dan sekarang beliau dewan kehormatan," kata Badaruddin soal keberadaan nama Muchdi Pr.

Terkait keberadaan nama sejumlah purnawirawan jenderal dalam struktur dewan pimpinan pusat (DPP) Partai Berkarya, Badaruddin menganggap, itu adalah hal wajar.

Dia berkaca pada sejarah, di mana dulu Presiden Soeharto juga menempatkan perwira-perwira militer di tubuh Golkar untuk menangkal pengaruh paham komunis.

"Dulu Pak Harto membuat Golkar itu kan banyak dari TNI, Angkatan Darat khususnya, dalam rangka menghalau paham komunis. Itu kan jalan Pak Harto 32 tahun, beliau berkuasa lewat Partai Golkar. Beliau berhasil membangun bangsa ini. Saya kira irisannya dari situ," jelas dia.

Di sisi lain, Badaruddin tak menampik kalau daya jual Partai Berkarya tergantung pada Tommy Soeharto yang identik dengan trah Cendana. Ia juga mengakui jika sebagian program kerja partai ini mengadopsi dari Orde Baru.

"Semua orang bisa bilang begitu, karena di Berkarya ada Pak Tommy, itu wajar-wajar saja. Pak Tommy memang magnet partai ini. Program-program kita juga masih mengambil sebagian dari program yang unggul di masa Pak Harto yang bisa diterapkan saat ini. Misalnya trilogi pembangunan, yaitu keamanan, ekonomi dan pemerataan pembangunan," papar Badaruddin.

Untuk itulah, lanjut dia, Partai Berkarya membidik pemilih dari kalangan yang merasakan enaknya hidup saat Orde Baru berkuasa, tanpa melupakan generasi yang tumbuh di era sesudahnya.



"Kita enggak memungkiri bahwa ada segmen yang kita bidik ke sana. Tapi generasi sekarang juga kita kasih ruang. Tapi, yang kita tonjolkan bukan rezimnya, tapi semangatnya. Dulu ada pasar inpres, sekolah inpres. Itulah yang mungkin dirindukan orang yang punya masa lalu dengan Orde Baru," jelas Badaruddin.

Ketika ditanyakan, apakah untuk mewujudkan semua itu Tommy Soeharto ingin memimpin Indonesia di masa depan, dia tak menampik.

"Itu pasti. Semua pimpinan partai bermimpi untuk jadi pimpinan di negeri ini. Apa itu lewat legislatif atau eksekutif.

Seandainya partai baru diberi peluang presidential threshold itu 0 persen, Partai Berkarya akan mengunggulkan Pak Tommy," tegas Badaruddin.

Untuk itu, salah satu langkah untuk mendorong Tommy menuju kepemimpinan nasional adalah dengan menjadikan pria berusia 56 tahun itu sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.

"Di rapimnas tanggal 10-13 Maret di Solo, kita akan meminta Pak Tommy sebagai ketua umum partai," pungkas dia.

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda